- KARYA : HARUN YAHYA -
SISTEM YANG SEMPURNA: PEMBEKUAN DARAH
Peradaban manusia telah berusia ribuan tahun, dan selama itu pula pencapaian
ilmu pengetahuan dan teknologi manusia berhasil menyingkap rahasia alam semesta
dan menghasilkan berbagai teknologi. Namun, apa yang dihasilkan manusia ternyata
tidak ada apa-apanya dibandingkan kehebatan dan kesempurnaan teknologi di alam.
Kekuatan teknologi dan peradaban manusia – yang merupakan simbol kekuatan,
kecerdasan, kehebatan dan kedigdayaan mereka – dengan mudah terhempaskan oleh
kekuatan alam seperti bencana gunung berapi, banjir, angin tornado, gempa bumi.
Bahkan manusianya pun mudah dibuat lunglai tak berdaya, bahkan tak bernyawa,
akibat serangan organisme yang tampaknya jauh lebih lemah dari dirinya, seperti
virus, bakteri, jamur, dan sebagainya.
Demikianlah, ini berarti keberadaan serta keberlangsungan alam ini beserta
seluruh isinya, termasuk tumbuhan, hewan dan manusia itu sendiri, tercipta
dengan kecerdasan, kekuatan dan kekuasaan yang jauh lebih hebat dari manusia
maupun makhluk lainnya. Inilah kekuasaan dan kekuatan Pencipta dalam mencipta
dan berkehendak atas segala sesuatu, yang tak dapat dihadang oleh siapa pun,
termasuk manusia itu sendiri. Seluruh seluk-beluk isi alam ini, termasuk tubuh
manusia sendiri, telah dirancang dengan sengaja dan secara sempurna. Satu bagian
kecil saja dari keseluruhan sistem yang mengatur tubuh manusia ini tidak
berfungsi, maka ini akan membahayakan hidupnya. Di antara ratusan, atau bahkan
ribuan, sistem yang ada pada tubuh manusia adalah sistem pembekuan darah.
Darah manusia sekilas tampak sederhana, cairan
biasa berwarna merah. Seolah tak ada yang istimewa dari darah, dan seseorang
mungkin berpikir bawah darah terbuat dari cairan biasa yang diberi pewarna
merah. Namun fakta bahwa manusia akan sakit, bahkan mati, ketika kekurangan
darah atau menderita kelainan darah menunjukkan bahwa darah bukanlah cairan
biasa. Keseluruhan darah manusia yang berwarna merah terdiri atas bagian cair
dan bagian padat yang terlarut atau tercampur dengan bagian cair tersebut.
Bagian yang padat ini terdiri atas sel-sel darah merah, sel-sel darah putih, dan
platelet. Hemoglobin yang terdapat pada sel-sel darah merah yang melimpah inilah
yang memberikan warna merah pada darah. Bagian yang cair merupakan larutan yang
terdiri atas air, asam amino, protein, karbohidrat, lemak, vitamin, hormon,
elektrolit, dan sisa-sisa metabolisme sel. Seluruh campuran yang ada pada darah
ini harus ada dalam keadaan seimbang, dalam jumlah yang sesuai keperluan tubuh,
dan seluruh bagiannya harus berfungsi secara sempurna, termasuk sistem pembekuan
darah. Ini semua telah diciptakan secara sempurna oleh Allah agar manusia dapat
hidup dengan baik. |
Setiap orang mengetahui bahwa pendarahan pada akhirnya akan berhenti ketika
terjadi luka atau terdapat luka lama yang mengeluarkan darah kembali. Saat
pendarahan berlangsung, gumpalan darah beku akan segera terbentuk dan mengeras,
dan luka pun pulih seketika. Sebuah kejadian yang mungkin tampak sederhana dan
biasa saja di mata Anda, tapi tidak bagi para ahli biokimia. Penelitian mereka
menunjukkan, peristiwa ini terjadi akibat bekerjanya sebuah sistem yang sangat
rumit. Hilangnya satu bagian saja yang membentuk sistem ini, atau kerusakan
sekecil apa pun padanya, akan menjadikan keseluruhan proses tidak berfungsi.
Darah harus membeku pada waktu dan tempat yang tepat, dan ketika keadaannya
telah pulih seperti sediakala, darah beku tersebut harus lenyap. Sistem ini
bekerja tanpa kesalahan sedikit pun hingga bagian-bagiannya yang terkecil.
Jika terjadi pendarahan, pembekuan darah harus segera terjadi demi mencegah
kematian. Di samping itu, darah beku tersebut harus menutupi keseluruhan luka,
dan yang lebih penting lagi, harus terbentuk tepat hanya pada lapisan paling
atas yang menutupi luka. Jika pembekuan darah tidak terjadi pada saat dan tempat
yang tepat, maka keseluruhan darah pada makhluk tersebut akan membeku dan
berakibat pada kematian.
Keping darah atau trombosit, yang merupakan unsur berukuran paling kecil
penyusun sumsum tulang, sangat berperan dalam proses pembekuan darah. Protein
bernama faktor Von Willebrand terus-menerus mengalir dan berlalu-lalang ke
seluruh penjuru aliran darah. Protein ini berpatroli, dengan kata lain bertugas
memastikan bahwa tidak ada luka yang terlewatkan oleh trombosit. Trombosit yang
terjerat di tempat terjadinya luka mengeluarkan suatu zat yang dapat
mengumpulkan trombosit-trombosit lain di tempat tersebut. Sel-sel trombosit ini
kemudian memperkuat luka yang terbuka tersebut. Trombosit lalu mati setelah
melakukan tugas menemukan tempat luka. Pengorbanannya hanyalah satu bagian dari
keseluruhan sistem pembekuan dalam darah.
Trombin adalah protein lain yang membantu pembekuan darah. Zat ini dihasilkan
hanya di tempat yang terluka, dan dalam jumlah yang tidak boleh lebih atau
kurang dari keperluan. Selain itu, produksi trombin harus dimulai dan berakhir
tepat pada saat yang diperlukan. Dalam tubuh terdapat lebih dari dua puluh zat
kimia yang disebut enzim yang berperan dalam pembentukan trombin. Enzim ini
dapat merangsang ataupun bekerja sebaliknya, yakni menghambat pembentukan
trombin. Proses ini terjadi melalui pengawasan yang cukup ketat sehingga trombin
hanya terbentuk saat benar-benar terjadi luka pada jaringan tubuh. Segera
setelah enzim-enzim pembantu proses pembekuan darah tersebut mencapai jumlah
yang cukup, kumpulan protein yang disebut fibrinogen terbentuk. Dalam waktu
singkat, terbentuklah benang-benang yang saling bertautan, saling beranyaman dan
membentuk jaring pada tempat keluarnya darah. Sementara itu, trombosit atau
keping-keping darah yang sedang berpatroli tanpa henti, terperangkap dalam
jaring dan mengumpul di tempat yang sama. Apa yang disebut dengan gumpalan darah
beku adalah penyumbat luka yang terbentuk akibat berkumpulnya keping darah yang
terperangkap ini. Ketika luka telah sembuh sama sekali, gumpalan tersebut akan
hilang.
|
|
MEKANISME PENUTUPAN LUKA: Ketika luka pada
tubuh mulai mengeluarkan darah, sebuah enzime yang disebut tromboplastin yang
dihasilkan sel-sel jaringan yang terluka bereaksi dengan kalsium dan protrombin
di dalam darah. Akibat reaksi kimia, jalinan benang-benang yang dihasilkan
membentuk lapisan pelindung, yang kemudian mengeras. Lapisan sel-sel paling atas
akhirnya mati, dan mengalami penandukan sehingga membentuk keropeng. Di bawah
keropeng ini, atau lapisan pelindung, sel-sel baru sedang dibentuk. Ketika
sel-sel yang rusak telah selesai diperbaharui, keropeng tersebut akan mengelupas
dan jatuh. |
Sistem yang memungkinkan pembentukan darah beku, yang mampu menentukan sejauh
mana proses pembekuan harus terjadi, dan yang dapat memperkuat serta melarutkan
gumpalan darah beku yang telah terbentuk, sudah pasti memiliki kerumitan luar
biasa yang tak mungkin dapat disederhanakan. Sistem tersebut bekerja tanpa
kesalahan sekecil apa pun bahkan hingga pada bagian-bagiannya yang terkecil
sekalipun.
Apa yang terjadi ketika terjadi sedikit gangguan pada sistem pembekuan darah
yang bekerja secara sempurna ini? Misalnya, jika terjadi pembekuan dalam darah
meskipun tidak terjadi luka, atau seandainya gumpalan darah beku tersebut mudah
terlepas dari luka, apa yang akan terjadi? Hanya ada satu jawaban atas
pertanyaan ini: dalam keadaan demikian, aliran darah ke organ-organ tubuh yang
paling penting dan peka terhadap kerusakan, seperti jantung, otak dan paru-paru,
akan tersumbat oleh gumpalan darah beku, dan kematian pun tak terelakkan.
Ini adalah kenyataan yang menunjukkan kepada kita sekali lagi bahwa tubuh
manusia didesain dengan sempurna tanpa cacat. Sungguh mustahil menjelaskan
sistem pembekuan darah dengan menganggapnya sebagai peristiwa kebetulan atau
“perkembangan bertahap” sebagaimana pernyataan teori evolusi. Sistem yang
dirancang dan diperhitungkan dengan hati-hati seperti ini adalah bukti
kesempurnaan dalam penciptaan yang tak perlu diperdebatkan lagi. Allah, yang
telah menciptakan dan menempatkan kita di bumi, telah menciptakan tubuh kita
beserta sistem pembekuan darah yang melindungi kita dari banyak peristiwa luka
yang kita alami sepanjang hidup
Selembar
jaringan otot khusus membungkus pembuluh darah. Ketika otot mengerut, pembuluh
darah menyempit dan meningkatkan tekanan darah. Gambar di sebelah kanan adalah
penampang pembuluh yang menyempit. Inilah sebabnya bagian dalamnya bergelombang
(kiri). Di sekeliling pembuluh darah, terdapat sejumlah urat otot (merah) dan
saraf (biru). |
Selain mengatasi luka yang dapat terlihat, pembekuan darah juga sangat
diperlukan untuk memulihkan kerusakan pada pembuluh darah kapiler dalam tubuh
kita yang terjadi setiap saat. Meski tidak terlihat, terdapat pendarahan kecil
di dalam tubuh secara terus-menerus. Ketika membenturkan lengan pada pintu atau
duduk hingga kepayahan, ratusan pembuluh darah kapiler pecah. Pendarahan yang
kemudian terjadi segera diatasi oleh sistem pembekuan darah, dan pembuluh
kapiler dibentuk kembali seperti sedia kala. Jika benturan lebih keras terjadi,
maka akan terjadi pendarahan yang lebih parah dalam tubuh dan menimbulkan luka
memar yang umumnya disebut “turning purple” atau “berubah menjadi ungu”.
Seseorang yang sistem pembekuan darahnya tidak berfungsi dengan baik, misalnya
pada penderita hemofilia, harus menghindari benturan sekecil apa pun. Penderita
dengan hemofilia sangat parah tidak mampu hidup lama. Sebab, pendarahan kecil
saja, misalnya akibat terpeleset dan jatuh, sudah cukup untuk mengakhiri
hidupnya.
Kenyataan sederhana ini sudah sepatutnya mendorong setiap orang
merenungkan keajaiban penciptaan dalam dirinya sendiri dan bersyukur kepada
Allah, yang telah menciptakan tubuhnya dengan sempurna tanpa kekurangan sedikit
pun. Tubuh ini adalah kenikmatan tersendiri yang Allah karuniakan kepada kita.
Kita tidak mampu membuat satu saja dari keseluruhan sel pembentuk tubuh
tersebut. Allah berfirman kepada manusia: Kami telah menciptakan kamu, maka
mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)? (QS. Al Waaqi’ah, 56:57)
www.pakdenono.com