Cari Blog Ini

2.29.2012

MENGURANGI KEBIASAAN TAK BERARTI

Data gangguan-gangguanyang sulit dikurangi atau dihilangkan  sebelum ujian Nasional siswa-siwa kelas IX dari 135 anak antara lain :
1. Nonton TV                                                                  =   68 %
2. Game ( online/HP/CD di rumah ataupun di PS-an )  =  88 %   
3. Main HP ( facebook/sms )                                          =   81 %  
4. Pekerjaan di rumah ( bantu orangtua )                       =   0,3 %
5. Bermain atau nongkrong                                             =   0.6 %
6. Tugas sekolah yang terlalu banyak                             =    2 %
Artinya :
Siswa-siswa di era sekarang berada pada situasi yang nyaman karena hampir semua siswa dapat menikmati manfaat teknologi,komunikasi yang mudah, hiburan yang menarik,waktu yang longgar karena tanpa harus keluar rumahdan biaya yang tinggi telah bisa menikmati semua itu.
Disamping itu siswa-siswa di era ini hampir semuanya tak mengeluh karena tugas di rumah yang memberatkan, kebanyakan bahkan tidak membantu orang tua..
Dari kenyataan di atas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik ternyata  tidak bisa dikurangi atau dihentikan.Hal inin  disebabkan karena siswa-siswa ini =
1. Kurang memiliki rasa prihatin, kalau dilihat dari kecerdasan spiritual menunjukkan bahwa  pribadi seperti adalah pribadi yang  kurang memiliki kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaannya ( penderitaan dalan arti belajar/ tugas/soal-soal UN dsb )
2. Tidak mampu melewati rasa takut, sebab kebiasaan yang kurang baik akan berakibat pada hasil yang mengecewakan atau tidak memuaskan.
3.Kurang pandai memotivasi diri , yaitu tidak mampu mengurangi hal-hal yang merugikan diri, juga memotivas dan menumbuhkan kesadaran.
4. Kurang meyakini adanya hukum holistik, bahwa segala sesuatu berkaitan dan saling berhubungan. Bahkan dalam janji  Alloh sudah sangat jelas " Bahwa Alloh pasti memperhitungkan  semua perbuatan yang baik walau hanya sebera tbiji  zarrah ( gadum ), dan sebaliknya Alloh juga memperhitungkan semua perbuatan buruk meskipun juga hanya seberat biji zarrah"
demikian juga masalah di dunia ini siapa menanam akan mengetam.
5.Tidak mampu bertahan menghadapi beban stress, beban UAN justru dialihkan kapada kegiatan lain, merasa tugas-tugas itu sangat mudah atau sebaliknya sangat sulit sehingga tidak dihadapi tetapi dihindari.
Dst...........dst.
Jadi ayo kita bangkit membuang semua yang mengganggu perjalanan sejarah ini, cerdaskan emosi dan spiritual kita sejak kini, raih masa depan dengan semangat berprestasi...





BAGAIMANA SEHARUSNYA AKHLAQ REMAJA


Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasul saw. bersabda :
كل مولود يولد على الفطرة وإنّما أبواه يهوّدانه أو ينصّرانه أو يمجّسانه
“Setiap anak itu dilahirkan menurut fitrahnya, dan kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya seorang Yahudi, Nashrani, atau Majusi”
Sigmind Freud, seorang pakar Psikologi mengatakan bahwa struktur dasar kepribadian sudah terbentuk pada usia lima tahun, dan perkembangan kepribadian sesudah usia lima tahun sebagian besar hanya merupakan pengembangan dari struktur dasar tadi.
Kedua hal tersebut menunjukkan, bahwa sikap dan gaya kepengasuhan orang tua di rumah pada lima tahun awal kehidupannya, sangat menentukan sifat anak hingga dia dewasa kelak, walaupun tentu saja tidak bersifat mutlak. Orang tua yang keras kepada anak, akan menumbuhkan anak yang keras juga. Orang tua yang tidak mengajarkan disiplin, akan memunculkan sifat ketidakaturan pada anak, bahkan destruktif. Sebaliknya bila orang tua mendidik dan mendisiplinkan anak dengan kasih sayang, anak akan tumbuh menjadi anak yang kreatif dan produktif. Tetapi sifat atau akhlak, seperti banyak hal di dunia ini adalah sesuatu yang bisa dipelajari dan dibiasakan, bisa diubah atau dibentuk. Kebiasaan baik yang ditanamkan orang tua kepada anak sejak kecil, bisa saja ketika anak tumbuh menjadi remaja akan luntur dan kalah dengan perngaruh-pengaruh dari luar rumah, misalnya pengaruh pergaulan, juga kecanggihan tehnologi informasi seperti TV, internet juga telpon seluler. Demikian pula sebaliknya, ada anak yang lahir dan tumbuh dengan pemahaman dien yang minim, tetapi pergaulan di luar rumah atau pendidikan dapat mengantarkannya pada pemahaman dien yang benar, sehingga anak tersebut menjelma menjadi remaja yang syari’ (mematuhi syariat Islam)
Inilah kemudian, yang membuat komunikasi antar orang tua dan anak menjadi penting, saat anak memasuki usia remaja, agar orang tua dapat mengetahui gejolak jiwa remajanya, untuk kemudian mengarahkannya kepada jalan syariat…..Dan yang tidak kalah penting adalah doa, karena hanya Allohlah yang berhak untuk memberikan hidayah kepada seseorang, ataupun menyesatkannya.
Akhlak bisa dibentuk
Menjadi remaja yang gaul adalah hal yang diimpikan hampir oleh semua remaja. Remaja gaul identik dengan remaja cerdas, terkenal dan percaya diri. Siapa yang tidak ingin? Itulah kenapa para remaja banyak mengidolakan para artis yang di layar kaca terkesan cantik/ganteng dan percaya diri. Karena remaja-remaja mengidolakan para artis, merekapun terdorong untuk mengikuti gaya dan pola hidup artis-artis yang mereka idolakan itu. Mulai dari busana, gaya bicara, bahkan prinsip dan gaya hidup. Lalu bagaimana dengan remaja Islam? Bukankah remaja Islam adalah seorang remaja yang juga ingin menjadi sosok yang percaya diri?
Alloh swt. berfirman dalam surat Ali Imron ayat 110
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ …الآية)
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Alloh……”
Bagaimana seorang remaja Islam merasa tidak percaya diri, padahal Alloh telah menyebutnya sebaik-baik umat? Bila kita tengok sejarah, betapa tinggi kepercayaan diri Rasul ketika harus mengemban amanat dakwah. Sendirian….betapa percaya diri Ja’far Bin Abi Thalib ketika dia harus berhadapan dengan Raja Habsyi, padahal statusnya sebagai pendatang…..Betapa percaya diri Amr Bin Ash ketika dia memasuki benteng Babilonia atas undangan Kaisar Romawi untuk bernegoisasi….Betapa berani dan percaya diri, Rasul dan para sahabat, ketika harus berperang melawan orang kafir yang jumlahnya jauh lebih banyak dari jumlah pasukan mereka….
Dan menjadi remaja yang percaya diri memang harus gaul….Bagaimana bisa beramar makruf dan nahi munkar, kalau tidak gaul? Bagaimana kalau dari “sono” nya memang nggak gaul? pendiam, atau bahkan pemarah? Sifat dan akhlak bisa dibentuk. Sesuatu yang dibiasakan akan menetap dan menjadi sifat seseorang. Seorang remaja bisa membiasakan diri bergaul dengan semua temannya tanpa pilih-pilih. Minimal murah senyum.
Sabda Nabi : تبسمك لأخيك صدقة
“Senyummu untuk saudaramu adalah sedekah.”
Jadi, tidak ada alasan untuk tidak menjadi remaja gaul. Gaul dengan teman-teman, gaul dengan guru, gaul dengan saudara-saudara, gaul dengan tetangga….agar remaja bisa beramar makruf nahi munkar, untuk meraih gelar dari Alloh sebagai sebaik-baik umat.
Dan menjadi gaul yang diridhai Alloh tentu saja gaul yang tidak menyalahi Syari’at Islam, seperti bergaul dengan lawan jenis yang bukan mahramnya bahkan dengan alasan dakwah sekalipun….
Alloh berfirman :
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ……(الآية)
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kehormatannya…..(QS An Nur : 30)
وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ…….(الآية)
“Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kehormatannya………..(QS An Nur : 31
dicopylan dari tulisan IbnuLinggaSakti

2.17.2012

INGIN CERDAS EMOSI ?



Sebagai seorang pelajar yang ingin mecapai kesuksesan , perlu kiranya  kalian berlatih  mulai dari sekarang , dari yang mudah dan dari yang  kecil agar kecerdasan emosi kalian lebih baik.,Apa saja itu ( materi ini bu Fath berikan kls IX Semester Gasal ) dan kelas VII Semester Genap antara lain :
  1. Memiliki kemampuan untuk memotivasidiri
  2. Mampu mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan 
  3. Mampu bertahan terhadap beban stres
  4. Pandai mengatur suasana hati.
  5. Pandai ber-empati

BERPERILAKU BAIK




Sarana untuk menghilangkan kegundahan, kesedihan dan kegelisahan adalah : 
berprilaku baik kepada orang lain melalui ucapan, perbuatan dan segala bentuk al-ma’ruf (kebajikan). Semua itu adalah kebaikan untuk diri dan tindak kebajikan untuk orang lain. Lantaran kebajikan itu dan sesuai dengan kadar kebajikan itu jua, Allah menangkis segala kegundahan dan kesedihan, baik untuk orang yang berprilaku baik atau untuk orang yang jahat. Bagi mukmin ia yakin bahwa keiklasan dan keberharapan hanya pada pahala Allah. Karena ia mengharapkan yang baik, maka Allah memudahkan baginya berprilaku baik. Dan, karena ikhlas dan hanya mengaharap pahala dari Allah, maka Allah menangkis untuknya segala cobaan berat. Allah berfirman.

“Artinya : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan pembicaraan-pembicaraan antara mereka, kecuali pembicaraan orang yang menyuruh (manusia) bersedekah, atau melakukan kebajikan, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami mengaruniakan kepadanya pahala yang besar” [An-Nisaa : 114]

Allah  menerangkan, bahwa itu semua adalah suatu kebaikan yang timbul dari pelakunya. Sedangkan suatu kebaikan akan menghasilkan kebaikan dan menangkis keburukan. Dan bahwasanya orang mu’min yang hanya berharap pahala Allah akan dianugrahi olehNya pahala yang agung. Termasuk pahala agung itu adalah hilangnya kegundahan, kesedihan, keruwetan hati dan semacamnya.


[Dikutip dan diedit dari Ebook-CHM )

2.15.2012

ANTARA SOMBONG DAN PERCAYA DIRI


Orang yang percaya diri biasanya mudah bergaul dengan orang lain. Sedangkan orang sombong biasanya malas didekati oleh siapapun. Pasalnya banyak orang yang bingung sebenarnya posisinya ada dimana. Berikut perbedaan antara orang sombong dan orang percaya diri:
Orang sombong menganggap dirinya lebih tinggi dari orang lain. Sedangkan orang percaya diri percaya bahwa dirinya memiliki keunikan dan talenta sebagaimana yang dianugerahkan berbeda kepada setiap orang.
Orang sombong seolah selalu tahu apa yang paling baik untuk orang lain. Sedangkan orang yang percaya diri selalu terbuka tentang pendapatnya terhadap orang lain.
Orang sombong biasanya tajam terhadap orang yang ia lihat sebagai saingan. Orang percaya diri sudah lahir dengan kemampuan untuk bersaing.
Orang sombong sulit dan bahkan tidak pernah mengakui kesalahan mereka. Orang percaya diri tidak takut untuk mengaku bahwa ia melakukan kesalahan.
Orang sombong biasanya suka jika orang lain melakukan kesalahan sedang mereka yang percaya diri suka membantu orang menghadapi kesalahan yang mereka buat.
Orang sombong biasanya sangat peduli dengan pendapat orang lain terhadap dirinya. Sedangkan orang percaya diri tidak terlalu peduli dengan pendapat orang lain terhadap dirinya.
Orang sombong biasanya suka membanggakan dirinya, sedangkan mereka yang percaya diri cenderung diam.
disalin dari :noreply@blogger.com


2.09.2012

CERPEN


DOA PENGHUJUNG LAMUNAN

Seperti biasa aku sudah tiba di ruangan ini sebelum bel masuk berbunyi. Ku singkap gordyn kantor agar siluet matahari sedikit mengusir dinginku. Seperti biasa pula ku sempatkan diri membenahi kerudung  yang sempat koyak terhempas angin saat aku membonceng motor suamiku.  Sejenak ku tengok jadwal mengajarku. Ah…masih nanti jam ke-3. Jumat ini terasa malas.Entahlah, mungkin karena sudah beberapa hari ini tak turun hujan sehingga panas sedikt saja sudah terasa gerah. Kuletakkan tas di atas meja kantorku. Kucoba mengusir malas dengan dengan sedikit membaca buku. Lama kelamaan penat juga dan menguap adalah ending episode yang nikmatnya tiada tara. Walau demikian tetap saja kubuka buku-buku yang ku pegang karena kali ini rasanya tak ada yang lebih mengasyikkan. Ya…ya…ya… halaman 32.kulihat ada puisi ‘Doa’ karya Chairil Anwar. 

              DO’A
(kepada pemeluk teguh)
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut nama-Mu
Biar susah sungguh
Mengingat Kau penuh seluruh
Caya-Mu panas suci
Dengan membaca puisi itu aku mulai mengingat-ingat usiaku. Cukup tua juga.Betapa tidak. Dulu aku di sekolah ini sebagai murid dan sekarang di sekolah ini pula aku sudah menjadi seorang guru. Sejenak ku ingat dosa dan khilaf yang pernah ku lakukan. Ternyata banyak, bahkan sangat banyak. Lalu kulanjutkan membaca baris berikutnya
Tuhan-ku
Aku hilang bentuk
Remuk

                Tanpa sadar keluar istighfar dari mulutku “Astaghfirullohaladziim, Ya Alloh ampuni sgala dosa hambamu”. Setelah selesai mengusap muka dengan kedua telapak tanganku, kulirik puisi di sebelahnya.


DARI SEORANG GURU KEPADA MURID-MURIDNYA
Karya : Hartono Andang Djaya


Apakah yang kupunya, anak-anakku
selain buku-buku dan sedikit ilmu
sumber pengabdian kepadamu

Kalau di hari Minggu engkau datang ke rumahku
aku takut, anak-anakku
kursi-kursi tua yang di sana
dan meja tulis sederhana
dan jendela-jendela yang tak pernah diganti kainnya
semua padamu akan bercerita
tentang hidup di rumah tangga

Ah, tentang ini aku tak pernah bercerita
depan kelas, sedang menatap wajah-wajahmu remaja
- horison yang selalu biru bagiku -
karena kutahu, anak-anakku
engkau terlalu muda
engkau terlalu bersih dari dosa
untuk mengenal ini semua


                Semula kuamati seluruh tipografinya, barulah aku mulai membaca tiap barisnya. Kurenungkan, kunikmati, dan terakhir ku coba tuk memaknai.
                Te…Tet…Tet…. Bel jam pertama usai sudah tapi jam ke-3 belum lagi mulai. Ku manfaatkan sisa waktu tuk tamasya ke negeri di awan.
                Terbayang wajah Satria sswa kelas IXA. Gagah, Perkasa, lengkap dengan seragam tentaranya. Menyiapkan barisan kompi dengan lantang. Gerak barisnya persis yang kulihat di televisi saat upacara HUT RI tanggal 17 Agustus dan aku menikmatinya sambil tersenyum di barisan seragam PGRI.
“Istirahat di tempaaat… grak !!!” Aba-aba Satria kembali lantang terdengar tapi momen itu kucuri untuk gantian memikirkan Hanifah.
Ya,gadis pendiam yang langganan menjadi juara kelas itu  ku bayangkan suatu hari nanti menjadi dokter yang sholehah. Dengan kerudung anggunnya, dengan senyum ramahnya, kubayangkan tiap pasien langsung sembuh melihat teduh tatap matanya.
“Nomor 10”  terdengar dokter Hanifah memanggil nomor antrean.
Aku yang mulai batuk-batuk diantar anakku ke rung praktik.
“Silakan duduk”, katanya.
“Terima kasih”, jawab anakku.
“Nama siapa?”
“Alamatnya dimana?”
“Berapa umurnya?”
“Keluhannya apa?”
“Sudah berapa hari?”
                Setelah mendengar jawabanku dokter Hanifah terlihat mengamatiku lebih detail, Sepertinya ia berusaha mengingat-ingat masa lalu  kemudian selanjutnya kulihat ia menyembunyikan senyum. Selesai mencatat informasi yang kuberikan, ia membimbingku untuk diperiksa. Dilentangkannya aku senyaman mungkin di tempat periksa yang tersedia. Tensimeter mulai dipasang di lenganku.
                “Bagus, normal 120-100” katanya beberapa saat kemudian.
                Selanjutnya stetoskop mulai di ditempelkan di sekitar dadaku sambil sesekali membenahi alat yang menempel di telinganya.
                “Bagus juga” katanya lagi.
                “Penyakit apa dokter?” tanyaku.
                “Oh, tidak apa-apa. Hanya batuk biasa kok, Bu. Tidak perlu khawatir”
                “Jangan banyak makan chiki dulu dan jangan main hujan-hujanan ya, Bu !”
Canda dokter hanifah melunakkan kecemasanku. Kulihat sepertinya ia paham tentang aku. Dan kata-kata itu…? Ya,ya…aku baru ingat. Kata-kata itu pernah ku ucapkan ketika hanifah murid SMP-ku dulu terserang batuk dan sempat membuat tak nyaman suasana di kelas.
“Sudah selesai, ini resepnya, obatnya dapat diambil di apotek.”
“Berapa biaya periksa, Dokter?” tanya anakku.
“Oh, maaf, tidak usah.” Kata dokter Hanifah.
“Memangnya kenapa, Dok?” tanya anakku sedikit heran.
“Tidak apa-apa, Mbak. Ibu  Anda pernah jadi guru saya dan sudah saya anggap seperti ibu saya sendiri. Kesuksesan yang saya raih  kini rasanya tak mungkin tanpa adanya pahlawan seperti beliau.”
Mendengar jawaban itu, cleee….ss hatiku bagai diguyur embun. Aku merasa sangat tersanjung.Berarti nilai-nilai karakter yang pernah ku sisipkan waktu pelajaran dulu masih membekas. Senang juga punya murid menjadi dokter. Periksa gratis?!...Oh, bukan itu yang ku mau. Muridku boleh jadi seorang dokter tapi masa tuaku jangan sampai sakit-sakitan.
“Kalau begitu terima kasih, Dok. Permisi ?!”
“Nggih, sama-sama” kalimat doter Hanifah mengakhiri pertemuan kami.
“Nomer 11”
Dokter Hanifah terdengar memanggil nomor antrean berikutnya.  Saat keluar dari ruang praktik, tanpa sengaja aku tersandung timbangan berat badan yang berada di samping pintu ruangan. Saat itu pula buyarlah lamunanku.
                Selanjutnya aku mencoba memikirkan Aldo. Ku ingat kembali setiap tingkahnya. Kurus, jangkung dan malas. Seragam tak pernah rapi dan teman sekelas sering mengeluh bau kaos kaki.
                Ah, dan yang tak kusukai hobimu ngupil saat murid yang lain mencatat.
Kalau kutanya “Bagaimana semuanya….jelas?” Ku perhatikan jawabmu “Blaaaaaaaas”.
                Aldo,Aldo. Harian sering mbolos, ulangan sering tak lolos. Dalam hatiku sangat prihatin melihatmu. Korban ‘broken home’ dari kampung seberang kini ditipkan pada neneknya.
                Aldo, kamu besok jadi apa ya?
                Arsitek?.............Sepertinya jauh, karena nilai matematikamu kurang
                Foto model?..........(tidak menghina) sepertinya sulit juga.
                Atau mungkin seorang penarik becak. Ah, aku tak pernah punya cita-cita mempunyai murid jadi penarik becak. Atau malah jadi preman pasar. (Aduh, mikir apa aku ini) kalau benar terjadi jangan-jangan malah ikut memalakku saat aku belanja sayuran di pasar.
                Beberapa siswa kelas VIIIB mengumpulkan tugas P Kn ke meja di belakangku. Satu buku tugasnya terjatuh dan lagi-lagi memotng lamunanku.
                Ku lirik arlojiku. Bel jam ke-3 masih kurang 15 menit. Ada beberapa siswa kelas IX menuju ke mushola untuk melaksanakan sholat Dhuha. Aku mengikuti mereka. Mulai kubasuh diriku dengan air wudhu. Bergantian mereka melaksanakan sholat. Setelah selesai, kudengar beberapa permintaan mereka.
                “Ya, Alloh. Berilah hambamu konsentrasi dalam belajar karna ujian segera tiba”
                “Ya, Alloh. Lancarkan ujian hamba dengan nilai yang obtimal”
                “Ya, Alloh. Kabulkanlah cita-cita hamba”
Dan masih banyak lagi permintaan-permintaan yang lain. Aku juga tak mau ketinggalan. Kusisipkan sebaris permohonan.
                “Ya, Alloh. Kabulkanlah do’a anak didik hamba. AMIN.”


Renungan jelang ujian dari bu Pudji BI