Cari Blog Ini

3.18.2014

PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING

PTBK telah disampaikan dalam forum Seminar BK di MGBK Sub Rayon 02                   Wuryantoro  Kabupaten Wonogiri pada Selasa, 11 Maret 2014 di SMP N 1 Manyaran.


MENGURANGI KEBIASAAN MEROKOK  MELALUI KONSELING DENGAN PENDEKATAN TERAPI BERFOKUS SOLUSI

Oleh :
SITI FATHONAH FATKHUL JANAH

            PTBK ini dilakukan kepada 1 peserta didik, di SMP Negeri 1 eromoko tahun ajaran 2008/2009 dengan 3 kali siklus tindakan.  Mencoba merokok atau merokok bagi remaja usia SMP adalah hal  biasa. Bahkan sebagian besar siswa SMP menyebutkan kata banci kepada teman mereka yang tidak merokok atau tidak mau merokok. Di pedesaan, akan mudah menemukan remaja bahkan anak-anak merokok saat berada di tempat keluarga yang sedang hajatan, tak ayal lagi suguhan wajib bagi remaja yang mendapat tugas sebagai sinoman adalah rokok. Sering juga  kita jumpai  remaja usia sekolah yang berjalan atau nongkrong sambil merokok. Dalam Penelitian Tindakan Bimbingan Konseling (PTBK) ini  ditemukan data dari 7 kelas paralel di kelas IX SMP hampir 70% pernah mencoba merokok, 25 % mengaku merokok 1 batang setiap hari, 10% kadang-kadang 2 batang sehari dan ada 2 peserta didik yang sehari menghisap rokok minimal sampai 4 batang rokok yakni dihisap usai makan dan saat nongkrong atau bermain dengan teman-temannya. Dari permasalahan kebiasaan merokok di atas oleh peneliti mencoba memberikan pelayanan konseling perorangan dengan pendekatan Terapi Berfokus Solusi, yang dilaksankan dalam tiga siklus.
            Kebiasaan merokok adalah ”sesuatu  yang biasa dikerjakan ”biasa diartikan  juga lazim, sudah biasa,sudah seringkali atau sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.( Kamus Besar Bahasa Indonesia). Merokok awalan me- mengawali kata kerja artinya melakukan sesuatu (EYD) . Rokok adalah benda yang dibuat dari bahan-bahan tertentu yang berbentuk silinder,dan penggunaannya biasanya dibakar terlebih dahulu dan dihisap memakai mulut. Merokok tidak hanya merugikan kesehatan fisik, namun sejatinya meluas sampai psikis dan finansial. Rokok sering disebut sebagai jalan masuknya berbagai penggunaan zat,alkohol dan zat berbahaya lainnya seperti apa yang diungkapkan oleh yang diungkapkan oleh  dr Lydia Herlina Martono, S.K.M dan dr Satya Joewana Sp.K.J (2002) ”Sekolah Bebas Narkoba”, yaitu : penyalahgunaan narkoba erat kaitannya dengan kebiasaan merokok.
Konseling menurut Burk & Steffle, ditulis oleh Edy Legowo (2008) ”Counseling is a relationship in which one or more person with         a problem or councern desire to discuss and work toward     silving it with another person or persons attempting to hep them reach their goal”. Dari segi layanan professional konseling memiliki definisi deskriptif yang dikemukakan oleh para ahlinya di dalam literature professional Amerika
Misalnya pendapat deskriptif oleh Smith & Winkel,1991 yang ditulis oleh Edy Legowo ( 2008, 9 ) : “ Counseling is a process in which the counselee to make interpretations of facts relating to a choice,planb or adjustment which the needs to make” .
Konseling diartikan sebagai komonukasi antar pribadi,sebagai proses dan hubungan/pertemuan tatap muka berasaskan hubungan interpersonal. 

Adapun Terapi Berfokus Solusi adalah jenis pendekatan konseling post modern yang berawal dari asumsi –asumsi baru   bahwa  manusia itu sehat, mampu berkompetensi, memliki keberdayaan (kapasitas) untuk membangun masalah-masalah. Solusi ( jalan keluar/pemecahan masalah ) adalah tema yang perlu menggantikan tema problem atau masalah. Manusia tidak terlalu terpaku pada masalah, ia perlu berfokus pada solusi, bergerak menuju dan mengejawantahkan solusi. Teknik konseling ini  menekankan pada unsur bagaimana dan bukan pada mengapa, yang berawal dari asumsi bahwa manusia itu sehat, mampu berkompetensi,memiliki keberdayaan (kapasitas) untuk membangun masalah-masalah solusi  atau jalan keluar.
Langkah-langkah konseling Terapi Berfokus solusi dalam setiap siklus antara lain meliputi :   
a).Tahap Kegiatan Pendahuluan ( membuka percakapan)
1). Menyambut dan menerima klien dengan penuh  perhatian                                       hangatan dan ketulusan.
     2). Membuka pembicaraan dengan dengan topik-topik netral.
3). Membuka pembicaraan untuk menjelaskan maksud dan tujuan                                        konseling.
4). Menjelaskan kedudukan dan peran masing-masing, yakni di sini klien  sebagai klien yang diharapkan keterbukaannya,ketulusan dan kepercayaannya agar perubahan tingkah laku yang diharapkan dapat terwujud..dan konselor di sini sebagai pembimbing yang akan melaksanakn kode etik sebagai konselor yang dapat menjaga rahasia klien.
5). Bertanya dan mendengarkan sejenak permasalahan klien untuk                                        melihat  perasaan yang paling membelenggu pada kebiasaan                                       merokok.
b).Tahap Inti (Proses Menuju Solusi)
1). Sesegera mungkin mendorong klien beralih dari pengungkapan    masalah  menjadi diskusi pemecahan masalah atau solusi untuk    mengurangi kebiasaan merokok.
2). Menumbuhkan kesadaran :
2.1.  Mendiskusikan tentang kekecualian(exeption),yakni  dengan pertanyaan ”Saat-saat kapan keinginan             untuk    merokok itu tidak  muncul?”
2.2..Jika exeption gagal maka perlu tahapan miracle question.
3)  Membuat pilihan secara sadar.
3.1. Membantu merumuskan perilaku exeption yang positip            sebagai tujuan.yakni menjadikan saat saat di rumah      merupakan langkah dilakukan .
3.2. Membantu mengoperasionalkan bagaimana mewujudkan saat saat di rumah dapat dilakukan dengan baik.,sehingga tujuan menjadi spesifik.
3.3. Mendiskusikan bagaimana mewujudkan saat saat dirumah itu  dilaksanakan sekarang
3..4. Mendorong pencapaian tujuan pada kurun waktu           kekinian,bukan esok atau pada suatu waktu nanti. Dan   menganggap  sesi ini adalah sesi terakhir.
             3.5. Mendiskusikan tingkat ketercapaian tujuan untuk mengurangi merokok
3.6  Menyadarkan klien bahwa tanggung jawab kendali     pencapaian      tujuan adalah klien. 
c).  Penutup Bersama klien menyimpulkan langkah langkah yang telah ditempuh dan hasil pencapian tujuan.Serta peneliti sebagai konselor mendorong agar klien berinisiatif mengakhiri sesi konseling.

Validasi data penelitian tindakan BK ini dengan triangulasi sumber  yang diperoleh dari sistem    klien, yakni orangtua dan teman.  Adapun formula teknik persentase ini sebagai berikut :         
                                                Rerata pasca strategi – Rerata prastrategi
Persentase Perubahan =     ______________________________    X 100%
                                                           
                                                Rerata prastrategi

           Persentase Perubahan setelah siklus 1 , 2 dan 3 adalah =   
         20   -    6
         __________ X 100% =   70 %
              20
 Hasil di atas menunjukkan perubahan signifikan bahwa klien dapat mengurangi kebiasaan       merokok.    Sedangkan analisis  klinisnya yang juga cukup signifikan adalah dapat dilihat dari jawaban, misalnya :
 ” Kadang-kadang masih bu, tapi saya lebih enak kalau tidak merokok”. Meskipun jika dilihat dari jumlah uang saku maka perubahannya hanya 16.66 %    yakni dari Rp. 6.000 menjadi Rp. 5.000.Hal tersebut disebabkan oleh  berbagai alasan antara misalnya orang tua terbiasa memberi uang jatah harian sejumlah itu, sehingga tetap dan tidak mengalami perubahan.
           
                  DAFTAR PUSTAKA

Abu  Ahmadi ,Drs.,Widodo ,Drs.Psikologi Belajar, Rineka Cipta, Jakarta,1999
Agus Mulyadi,Drs,Mpd, Dasar Dasar Bimbingan Dan Konseling,Depdiknas Dirjen           Dikdasmen,Jakarta ,2003
Edy Legowo,M.Pd,dkk, Bimbingan Konseling, Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 ,Surakarta, 2008
Lydia Harlina Martono,dr,S.K.M dan Satya Juwana,dr,Sp.K.J, Pencegahan dan Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba Berbasis Sekolah,Depdiknas Pusat Perbukuan, Balai Pustaka,2006
Prayitno, Bimbingan Dan Konseling Kelompok ( Dasar dan Profil),Galia    Indonesia,Jakarta, 1995
Sudarsono,Drs,SH, Kenakalan Remaja,Rineka Cipta , Jakarta,1990,
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,Jakarta,1985